Sabtu, 29 Januari 2011

Alat Baru Scanner Engine Tools

(Serang, 29/01/2011) AHP.

Kabar baik bagi para pengguna jasa bengkel ADIKARA MOTOR.
Baru-baru ini, bengkel ADIKARA MOTOR telah dilengkapi alat SCANNER ENGINE untuk mobil-mobil baik yang keluaran Eropa, Amerika,Asia, bahkan Timur Tengah. Alat SCANNER ENGINE yang dinamai Hanatech Multiscan ini dilengkapi konektor-konektor untuk port Communication ke dalam mesin mobil Anda. Apabila ada masalah (trouble), maka alat ini akan mengirimkan pemberitahuan DTC (Data Trouble Code) ke alat Scanner ini, sehingga mekanik akan tahu dimana letak kerusakan pada mobil Anda dengan pasti. Dan juga, software alat ini selalu diupgrade dengan versi terbaru sehingga data-data trouble codeakan lebih terupdate.

Menurut Manager ADIKARA MOTOR, Ahmad Nursalim, alat scanner ini digunakan untuk menunjang kebutuhan teknologi mobil-mobil keluaran terbaru yang saat ini sudah ada yang dilengkapi dengan sistem komputerisasi. Oleh karena tuntutan itu, maka diharapkan para Konsumen akan diberikan pelayanan yang baik untuk mobilnya sehingga para konsumen akan merasa puas. Selain itu, alat ini juga bertujuan untuk meningkatkan pelayanan Bengkel ADIKARA MOTOR yang memiliki prinsip High Technology dalam servis perawatan mobil

Selasa, 18 Januari 2011

Siap-siap, Honda Jazz Facelift Meluncur Tahun Ini!

Senin, 17 Januari 2011 15:17 WIB
PT Honda Prospect Motor



Jakarta - Pembukaan tahun 2011 ini bakal menjadi tahun yang mendebarkan, apalagi buat anda yang sedang mengincar mobil berjenis hatchback. Kenapa? Karena PT Honda Prospect Motor siap meluncurkan Honda Jazz facelift tahun ini!


Ya, informasi tersebut diungkapkan Direktur Marketing dan Aftersales Service PT Honda Prospect Motor, Jonfis Fandy, saat ditemui di Jakarta hari ini (17/1).
"Ya, kita akan luncurkan Jazz facelift di tahun ini, tapi kapan waktunya, tunggu saja!," ungkap Jonfis penuh misteri.

Kehadiran Honda Jazz facelift tentunya sudah ditunggu-tunggu, apalagi setelah akhir tahun lalu Honda Motor Corp sudah meluncurkannya lebih dulu di Jepang, sehingga harapan pun mengalir kalau HPM akan segera membawanya ke pasar tanah air.

"Sudah 6 tahun Honda Jazz selalu memimpin pasar, sudah saatnya sekarang kita pertegas kembali dengan kehadiran Honda Jazz facelift, harapannya bisa semakin meningkatkan market share ditengah semakin banyaknya pesaing," ujar Jonfis.
Namun, Jonfis belum mau memberikan rincina lebih lanjut mengenai spesifikasi dan varian apa saja yang akan ditawarkan pada Honda Jazz facelift tersebut. Begitu juga untuk tipe hybrid, HPM secara tegas mengatakan belum ada rencana untuk memasarkannya.

"“Kami belum memikirkan untuk membawa Jazz hybrid ke sini karena pasarnya yang belum jelas,” ujar Jonfis.
Honda Jazz menutup tahun 2010 lalu dengan total penjualan sebanyak 22 ribu unit lebih, sehingga tetap memastikan kepemimpinannya disegmen mobil hatchback. Apakah Honda Jazz akan mengulanginya kembali di tahun ini? kita lihat saja! (mobil.otomotifnet.com)
Penulis : Bagja | Editor : Bagja | Foto : Honda

Kamis, 30 Desember 2010

Pembatasan Premium dan Solar Tidak Tepat

Rabu, 29 Desember 2010 - 18:11 WIB

SERANG (Pos Kota) – Ketua Hiswana Migas Serang, Rahmat Halim mengatakan, wacana terkait pembatasan premium dan solar yang diusulkan oleh pemerintah, untuk mengurangi subsidi, bukan penyelesaian masalah yang tepat, melainkan justru akan muncul masalah besar.

“Jangankan nanti jika pembatasan premium tersebut diberlakukan, baru wacana saja sudah banyak gejolak di masyarakat, seperti adanya aksi dari berbagai elemen masyarakat di berbagai daerah,” kata Rachmat, Rabu (29/12).

Ia mengatakan, selain gejolak sosial, masalah lain yang patut dikhawatirkan juga dalam distribusi premium tersebut. Di sejumlah daerah di Banten, seperti Lebak dan Pandeglang saat inipun, premium sudah susah didapat, apalagi nanti setelah ada pembatasan tersebut.

“Saya justru khawatir dengan pembatasan tersebut, praktek penyalahgunaan akan semakin marak, seperti penggelapan, dan penimbunan,” ujarnya.

Rachmat menuturkan, sebenaranya pemerintah tidak perlu memutuskan untuk melakukan pembatasan premium. Jika memang tujuan untuk mengurangi beban subsidi, pemerintah bisa saja menaikan harga dengan catatan kenaikan tidak terlalu besar seperti Rp 300 hingga Rp 400.

“Daerah Nondetachable mungkin pembatasan premium tersebut bisa diterapkan karena masyarakat yang tinggal di sana memiliki pola pikir yang lebih rasional, dibanding daerah lain yang masih banyak pedesaan dan warga miskinnya,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, sebenarnya sebelum wacana tersebut dikeluarkan, pemerintah harus mengakaji terlebih dahulu, apakah program pembatasan premium tersebut akan menguntungkan masyarakat atau justru hanya kepentingan sejumlah pihak. Oleh karena itu, jika memang tujuannya untuk mengurangi subsidi tanpa ada unsur politis, maka pemerintah harus mencari cara lain.


(haryono/sir)